a. Skiming pricing.
Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu produk baru atau inovatif selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat. Strategi ini baru bisa berjalan dengan baik bila konsumen tidak sensitif terhadap harga, tetapi lebih menekankan pertimbangan-pertimbangan kualitas, inovasi dan kemampuan produk tersebut dalam memuaskan kebutuhannya. Bila segmen pasar yang tidak sensitive terhadap harga ini telah terpuaskan (dilayani dengan baik), maka perusahaan akan menurunkan harganya untuk menarik segmen pasar lainnya yakni segmen yang lebih sensitif terhadap harga modifikasi produk.
Contoh: Laptop Acer Aspire series. Pada saat pertama kali keluar, harga jual laptop Acer masih tinggi. Namun, beberapa bulan setelah itu harganya akan mulai turun sedikit demi sedikit
b. Penetration pricing. Dalam strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu strategi ini juga bertujuan untuk mencapai skala ekonomis dan mengurangi minat dan kemampuan pesaing, karena harga yang rendah menyebabkan marjin yang diperoleh tiap perusahaan menjadi terbatas.
Contoh: Mie instant Selera Rakyat adalah mie instant yang dibanderol dengan harga jual yang murah, yaitu Rp 500,-. Denga harga yang murah ini masyarakat menjadi tertarik untuk untuk membelinya. Namun dengan harga yang murah ini mie selera rakyat dikenal denga mie yang murahan sehingga pasarannya menjadi turun.
c. Prestige pricing. Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas atau prestise suatu barang/jasa. Dengan demikian bila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka permintaan terhadap produk tersebut akan turun. Prestige pricing merupakan strategi menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga konsumen yang peduli dengan statusnya akan tertarik dengan produk dan kemudian membelinya. Produk-produk yang sering dikaitkan dengan prestige pricing antara lain permata, berlian, parfum, poerselin, limoosin, jaket kulit dan lainnya. Produk-produk tersebut malah akan sulit laku bila dijual dengan harga murah.
Contoh: Ferarri. Bukan hal yang baru lagi kalau barang – barang dengan logo kuda jingkrak ini dibanderol dengan harga yang tinggi, Barang – barang keluaran Ferarri ini biasanya digunakan sebagai suatu prestige sendiri bagi pemiliknya. Memilikinya merupakan suatu kebanggaan.
d. Price-lining pricing. Digunakan apabila perusahaan menjual produk lebih dari satu jenis. Harga untuk lini produk tersebut bisa bervariasi dan diterapkan pada tingkat harga tertentu yang berbeda.
Contoh: Para pelanggan bioskop grup 21 mendapatkan harga yang standart untuk bioskop jenis standart serta harga yang lebih tinggi untuk bioskop jenis premiere.
e.Odd-even pricing. Strategi odd-even pricing adalah menetapkan harga yang ganjil atau sedikit dibawah harga yang ditentukan, karena secara psikologis produk yang akan dibeli akan terlihat lebih murah.
Contoh: Bila kita masuk ke supermarket sering kali kita menemui barang yang ditawarkan dengan harga yang ganjil, misalnya Rp 2.975,- dan Rp 9.975,- . pertanyaan yang bisa muncul adalah bukankah harga-harga tersebut sebenarnya sama Rp 3000,- dan Rp 10.000,- ? Apalagi saat ini sulit untuk mencari uang kembalian Rp5,- dan Rp25,- bahkan sering sekali diganti dengan permen. Harga-harga tersebut ditetapkan dengan metode odd-even pricing yakni harga yang besarnya mendekati jumlah genap tertentu. Masih banyak kelompok kosumen yang menganggap bahwa harga Rp 9.975,- masih dibawah Rp10.000,- artinya bila dibayar dengan Rp10.000,- masih ada kembalian.
f. Demand-backward pricing. Perusahaan memperkirakan suatu tingakatan harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk produk-produknya yang relative mahal seperti halnya shopping good. Kemudian perusahaan yang bersangkutan menentukan marjin yang harus dibayarkan kepada wholesaler dan retailer. Setelah itu barulah harga jualnya dapat ditentukan. Jadi proses ini belajar kebelakang sehingga istilahnya disebut demand-backward pricing. Berdasarakan suatu target harga tertentu, kemudian perusahan menyesuaikan kualitas komponen-komponen produknya. Dengan kata lain, produk didesain sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi target harga yang ditetapkan.
Contoh: Penjualan sepeda motor melalui dealer-dealer motor. Harga yang konsumen bayarkan biasanya sudah merupakan harga kesepakatan dari pabrik
g. Bundle-pricing. Merupakan strategi pemasaran dua atau lebuh produk dalam satu harga paket. Bundle-pricing didasarkan pada pandangan bahwa konsumen lebih menghargai nilai paket tertentu secara keseluruhan dari pada nilai masing-masing item secara individual. Strategi ini memberikan manfaat besar bagi pembeli dan penjual. Pembeli dapat menghemat biaya total sedangkan penjual dapat menekan biaya pemasaran.
Contoh: Agen perjalanan menawarkan paket liburan yang sudah menyangkut transportasi, akomodasi dan konsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar